UB Official | Prasetya | Gapura | SIAM
Volunteer Baru Ikuti Disability Awareness
Pada awal Agustus lalu, Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya membuka pendaftaran volunteer baru. Volunteer yang bertugas sebagai peer-support untuk mahasiswa difabel ini dilatih disability awareness pada Ahad, 8 September 2024, lalu di Ruang Koridor Rektorat Universitas Brawijaya.
Sebanyak 150-an mahasiswa mengikuti pelatihan tersebut sebagai bekal awal mereka terjun mendampingi mahasiswa difabel mengikuti kegiatan akademik. Dengan peran demikian, mereka perlu mengetahui dasar-dasar pendampingan kepada mahasiswa difabel sebagai teman mereka. SLD UB yang merupakan unit layanan disabilitas bertugas memberikan pelatihan tersebut dan memanajemen keberlangsungan layanan di tingkat universitas.
Peserta berkumpul sejak pagi untuk mengikuti pemaparan yang terdiri dari penjelasan mengenai hak dan kewajiban volunteer, batasan-batasan yang perlu diketahui, dan penjelasan tentang paradigma disabilitas. Dengan penjelasan ini, calon volunteer diharapkan mampu memahami seluk-beluk isu disabilitas dan sudut pandang yang harus digunakan dalam memikirkan kondisi disabilitas seseorang atau kelompok.
Pembagian dan praktik di pos
Ratusan peserta dibagi menjadi empat kelompok atau pos untuk memungkinkan pelatihan menjadi lebih efektif. Pos tersebut terdiri dari pos netra, pos mental, pos Tuli, dan pos daksa. Di masing-masing pos tersebut peserta dapat belajar secara praktis bagaimana pendampingan bisa dilakukan.
“Tujuannya memang agar bisa merasakan sebagai peer-support seperti apa,” ucap Yesika Suryani, mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi UB yang merupakan penyandang disabilitas daksa pengguna kursi roda.
“Itu juga semoga bermanfaat buat bekal suatu saat nanti bagi teman-teman calon volunteer,” lanjut Yesika dengan tegas. Yesika, bersama Duwi Purnama Sidik, memandu pos daksa untuk melatih peserta tentang cara mendampingi mahasiswa berkursi roda.
Di pos mental, yang dipandu oleh Bryan Abdi Romadhona, mahasiswa Fakultas Hukum penyandang disabilitas mental, dan didampingi beberapa volunteer senior, peserta pelatihan melakukan permainan peran (role play) yang menggambarkan kondisi disabilitas mental tertentu.
Di pos Tuli dan netra juga dipandu langsung oleh teman-teman penyandang disabilitas. Di pos Tuli, Fasya Hariyuda dan Sultan mengajari dasar-dasar bahasa isyarat dan Deaf awarenesskepada peserta pelatihan.
“Seru banget. Selalu bersemangat ketika ketemu teman-teman baru,” isyarat Sultan, mahasiswa Fakultas Hukum UB yang juga aktif di berbagai organisasi seperti Akar Tuli.
Hirza Barizi dan Ivassalsabila memandu pos netra yang juga dibagi menjadi dua kelompok. Dengan didampingi volunteer senior, mereka memberikan gambaran dan praktik langsung pendampingan kepada mahasiswa penyandang disabilitas netra.
Keterlibatan langsung mahasiswa difabel dalam pelatihan sangat penting untuk memberikan wawasan pada non-penyandang disabilitas dalam pelatihan disability awareness.
Di akhir kegiatan pelatihan, volunteer senior juga mengisi sesi berbagi pengalaman terkait keterlibatan mereka dalam pendampingan kepada mahasiswa difabel. Hadir di sesi tersebut adalah Fikri Aziz dan Muhammad Magistra Putra.
Fikri merupakan juru bahasa isyarat yang aktif mengadvokasi isu Tuli. Sedangkan Agis, panggilan Magistra Putra, merupakan mahasiswa tingkat akhir di FH UB yang saat ini telah diterima untuk lanjut belajar di Universitas Lund, Swedia. Mereka berbagi banyak hal terkait dengan pengalaman mereka dan tantangan-tantangan yang dihadapi, sekaligus mengatasinya, dalam pendampingan.