Kota Malang—Perwakilan dosen Universitas Negeri Surabaya yang terdiri dari Prof. Budiyanto, Muhammad Nurul Ashar , S.Pd., M.Ed., dan Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi., MM. menghadiri Pusat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya untuk mendiskusikan Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan Inklusif Kabupaten Gresik pada Jum’at, 3 Maret 2023. Mereka disambut oleh jajaran pengurus PLD UB.
Kunjungan ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti diskusi dan pendalaman terkait Restra Pendidikan Inklusif di Kabupaten Gresik. Renstra tersebut dikerjakan oleh tim dosen Unesa bersama Pemerintah Kabupaten Gresik untuk memajukan pendidikan inklusif di kabupaten para wali tersebut. PLD UB bertindak sebagai mitra evaluasi renstra agar rencana-rencana yang tertuang di dalamnya mendapatkan saran dan rekomendasi yang mumpuni.
Prof. Budiyanto menyebutkan, rencana strategis tersebut memang masih digodok agar sesuai dengan tujuan nawa karsa Kabupaten Gresik. “Ada 9 prioritas tematik Kabupaten Gresik yang disebut nawa karsa. Ini juga kami harus sesuaikan semuanya, agar kompatibel dan bisa dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.
Rekomendasi PLD
Tim dari Pusat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya memberikan beberapa rekomendasi terkait rencana strategis tersebut dengan mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan inklusif, pengalaman yang selama ini didapatkan dari penyelenggaraannya, dan perspektif yang selama ini umum digunakan dalam layanan disabilitas di Universitas Brawijaya. Zubaidah Ningsih AS., Ph.D, Ketua Pusat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, ditemani oleh Lutfi Amiruddin, Mahalli, dan Tommy Hari Firmanda yang mengikuti kegiatan tersebut dari Ohio, Amerika, melalui Zoom Meeting.
“Keterlibatan penyandang disabilitas mungkin perlu ditekankan kembali dalam seluruh rangkaian renstra ini, terutama di rencana-rencana, baik yang jangka pendek hingga yang jangka panjang,” jelas Zubaidah.
“Saya sangat mengapresiasi rencana strategis ini, karena juga baru sekarang saya tahu ada pemerintah daerah mencanangkan restra pendidikan inklusif,” ucap Tommy.
“Mungkin perlu diperjelas kembali konsep-konsep yang dimaksud Society 5.0, karena ini menjadi acuan dalam resntra ini dan sekaligus juga penyelenggaraannya dalam kerangka pendidikan inklusif,” tambah Lutfi menegaskan pentingnya konsep yang menjadi dasar.
Selain hal-hal tersebut di atas, Tommy dan Mahalli juga memberikan masukan terkait dengan aksesibilitas teknologi informasi, yang mana teknologi dan otomasi menjadi titik strategis dalam Society 5.0 yang menjadi dasar renstra, mengingat selama ini aksesibilitas teknologi informasi masih menjadi isu yang minim dalam perkembangan teknologi.