Kota Malang–Sejak Ahad hingga Jum’at, 26-31 Januari 2020, PSLD UB bersama AIDRAN dan La Trobe University menyelenggarakan Young Disability Advocates Training (YDAT) 2020 dengan dukungan Australia-Indonesia Institute, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia. Kegiatan ini diikuti oleh pemuda 26 dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Makassar, dan Nusa Tenggara Timur. Mereka sangat variatif, 16 perempuan dan 10 laki-laki, 16 penyandang disabilitas dan 10 non-penyandang disabilitas.
Selama lima hari pelatihan, peserta diharapkan untuk memahami metode advokasi untuk penyandang disabilitas. Pada hari pertama sesampai peserta di lokasi pelatihan, mereka memperkenalkan diri satu per satu untuk saling mengakrabkan.
Di hari kedua esok harinya, pelatihan dimulai dengan pembukaan yang diisi dengan sambutan perwakilan DFAT Eko Setiono, La Trobe Law School Prof. Patrick Keyzer, Presiden AIDRAN Dr. Dina Afrianty, Wakil Rektor Universitas Brawijaya Prof. drh. Aulanni’am, Ketua PSLD UB Zubaidah Ningsih AS. Pembukaan ini sekaligus ditandai dengan pengalungan tanda peserta kepada dua perwakilan peserta oleh masing-masing perwakilan lembaga penyelenggara YDAT 2020. Masing-masing turut bersuka cita atas terselenggaranya kegiatan ini.
Eko Setiono menyampaikan bahwa peserta YDAT 2020 ini merupakan representasi dari masa depan Indonesia yang lebih inklusif. “Saya tentu sangat mengapresiasi kegiatan ini bisa terselenggara. Barangkali ini yang pertama sebagai pelatihan advokasi untuk pemuda tentang inklusi terhadap penyandang disabilitas.”
Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Aulanni’am. Menurut Wakil Rektor UB tersebut, kegiatan pelatihan ini merupakan gambaran dari geliat anak muda yang terus ingin menyuarakan isu inklusi terhadap penyandang disabilitas. Aulanni’am melanjutkan, “Bagi kami ini merupakan peluasan cita-cita yang strategis. Advokasi tentang inkslusi sosial harus menyentuh banyak kalangan dan tidak harus selalu di kampus.”
Kunjungan dan Pelatihan
Format Young Disability Advocates Training 2020 adalah pelatihan di dalam ruangan dan kunjungan. Pelatihan di dalam kelas memuat beberapa materi yaitu implementasi prinsip CRPD di Indonesia, adopsi prinsip CRPD dalam kebijakan inklusif di Indonesia, sejarah advokasi penyandang disabilitas di Indonesia dan Australia, disability awareness, universal design, dan advokasi efektif melalui story telling. Sedangkan kunjungan pada hari ketiga pelatihan adalah ke Pengadilan Negeri Malang, Balai Kota Malang, dan PSLD UB. Dua macam format pelatihan ini tentunya untuk memberikan gambaran kepada peserta bagaimana secara konsep dan praktik kebijakan inklusif diselenggarakan.
Di awal-awal permulaan pelatihan, Dan Stubbs, Disability Workforce Commissioner Victoria, menyampaikan keynote speech tentang implementasi prinsip-prinsip CRPD. Di sesi yang sama, Komisioner Komnas Antikekerasan terhadap Perempuan Bahrul Fuad menyampaikan advokasi kebijakan tentang penyandang disabilitas dalam konteks Indonesia. Setelah itu, diikuti dengan penyampaian dari Direktur Sapda Yogyakarta Nurul Saadah dan dosen Arsitektur ITS Surabaya Dr. Arina Hayati tentang sejarah advokasi di Indonesia. Masing-masing materi ini diikuti dengan pendalaman berupa diskusi kelompok yang dipandu oleh dosen Sekolah Tinggi Hukum Jentera Indonesia, Rival Ahmad.
Peserta sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Salah satu peserta dari Jogja, Tio Tegar Wicaksono, mengatakan bahwa kegiatan ini penting untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang advokasi yang spesifik pada penyandang disabilitas. “Bagi saya ini penting untuk dilaksanakan kembali, karena pelatihan ini memberi input yang amat baik bagi kami tidak hanya penyandang disabilitas, tapi juga teman-teman yang memiliki minat yang sama dalam advokasi kebijakan,” ucap mahasiswa tunanetra yang saat ini menjalani kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
“Pelatihan ini sangat luas tentu cakupannya. Ternyata dalam isu disabilitas juga berkaitan dengan banyak hal lain, tidak hanya tentang infrastruktur tapi juga penyediaan layanan, aksesibilitas dalam ranah teknologi, dan lainnya, karena itu memang hak warga negara,” kata Nurul Firdausi Safitri, peserta asal Gresik, Jawa Timur. Pada pelatihan tersebut, cakupannya memang tidak hanya advokasi hukum dan kebijakan, namun peserta juga mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana membuat platform kampanye di media sosial berdasarkan universal dan inklusif desain yang disampaikan oleh Dr. Arina dan Mahalli, communication officer di AIDRAN.
Antusiasme peserta YDAT 2020 yang diseleksi dari 256 pendaftar ini juga sangat terlihat ketika mereka membaca surat mereka sendiri sebelum pelatihan rampung. Selain drama dan story telling melalui surat yang merupakan praktik dari advokasi efektif yang disampaikan oleh Prof. Patrick Keyzer, mereka juga membacakannya satu per satu surat mereka untuk membiasakan agar mudah menyampaikan pendapat melalui pengalaman personal. Dalam penutupannya, baik President AIDRAN Dr. Dina Afrianty maupun Sekretaris PSLD UB Wahyu Widodo, menyampaikan bahwa kegiatan ini perlu dilanjutkan. Dr. Dina mengungkapkan bahwa kegiatan ini akan menjadi yang pertama untuk program pelatihan advokasi bagi pemuda di Indonesia dan akan dilanjutkan dengan angkatan kedua dan seterusnya.